Selasa, 22 Agustus 2017

Alasan Mengapa Kasus Bunuh Diri Lebih Didominasi Oleh Pria

Jumlah selebriti yang memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka dengan bunuh diri meningkat. Jumat (21/7), dunia dikejutkan kabar vokalis Linkin Park Chester Bennington yang melakukan bunuh diri dengan menggantung di usia 41 tahun.

Sebelumnya sejumlah selebriti dunia juga melakukan bunuh diri karena beberapa alasan. Sebut saja Chris Cornell, desainer Alexander McQueen, David Carradine, serta komedian Robin Williams.

Kondisi ini menyebabkan banyak orang bertanya, mengapa pria bunuh diri lebih dari wanita? Sebenarnya, kasus bunuh diri telah lama dikaitkan dengan isu gender, dan ini dikenal sebagai paradoks gender tentang perilaku bunuh diri.

Padahal, penelitian www.artikelkesehatantubuh.com menunjukkan bahwa wanita sebenarnya sangat rentan terhadap masalah psikologis seperti depresi yang bisa menjadi alasan bunuh diri. Di masyarakat Eropa, pada tahun 2015, tingkat gangguan kesehatan mental cenderung sekitar 20-40 persen lebih tinggi untuk wanita daripada pria.

Angka tinggi ini tidak terlalu mengejutkan jika banyak wanita cenderung memiliki pemikiran untuk bunuh diri.

Morbiditas kejiwaan orang dewasa di Inggris melalui survei tahun 2007 menemukan bahwa sekitar 19 persen wanita telah mempertimbangkan kembali keinginan mereka untuk melakukan bunuh diri. Sedangkan pria hanya 14 persen.

Survei tersebut juga menemukan bahwa sekitar 7 persen wanita dan 4 persen pria telah mencoba bunuh diri di beberapa titik dalam kehidupan mereka.

Tapi kenyataannya justru sebaliknya. Dari 5.981 kematian bunuh diri di Inggris pada tahun 2012 dan kemudian menemukan fakta bahwa lebih dari tiga perempat (4.590 orang) adalah laki-laki. Sementara di Amerika Serikat, pada 2010, 38 ribu orang melakukan bunuh diri, 79 persen adalah laki-laki.

Sebuah paradoks yang aneh, jika lebih banyak wanita memiliki alasan untuk melakukan bunuh diri, lalu mengapa pria yang meninggal lebih dari bunuh diri?

Mengutip The Guardian, ini karena metode bunuh diri yang sedang dilakukan. Saat mencoba bunuh diri, wanita cenderung menggunakan cara tanpa kekerasan, seperti mengambil racun atau overdosis. Sebaliknya, pria lebih suka menggunakan lebih "kejam" berarti seperti senjata api atau menutup telepon menyebabkan kematian seketika.

Di Inggris, sekitar 58 persen kasus bunuh diri laki-laki disebabkan oleh digantung, diberangus atau tercekik. Sementara 43 persen wanita yang melakukan bunuh diri, 36 persen menggunakan racun.

Pola yang hampir identik juga ditemukan di Amerika Serikat. Sekitar 56 persen kasus bunuh diri memilih senjata api. Sedangkan 37,4 persen wanita menggunakan racun.

Ada teori yang mengungkapkan alasan mengapa metode bunuh diri pria dan wanita berbeda. Salah satunya karena pria lebih bertekad mati.

Teori kedua yang beredar adalah karena impulsif, atau kecenderungan untuk bertindak tanpa memikirkan secara jelas konsekuensinya. Pria dianggap lebih impulsif daripada wanita, dan ini dianggap pria lebih rentan terhadap perilaku bunuh diri.

Rasa impulsif juga didukung oleh pengaruh alkohol. Studi tersebut menemukan bahwa beberapa pria memutuskan untuk bunuh diri beberapa jam sebelum bunuh diri. Kondisi ini juga menimpa Chester Bennington. Chester Bennington telah lama terlibat dalam alkohol dan depresi.

Teori ketiga tentang bunuh diri berkaitan dengan budaya. Artinya, laki-laki dan perempuan bertindak berdasarkan peran gender yang ditentukan oleh budaya.

Menurut teori ini, wanita akan memilih metode bunuh diri yang bisa "menjaga penampilan mereka" dan menghindari hal-hal yang menyebabkan kerusakan pada wajah. Namun, semua teori ini masih harus diuji lagi.